KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KEDUA

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 10 Jumada Al-Akhir 1441 H / 04 Februari 2020 M
👤 Ustadz Riki Kaptamto Lc
📗 Kitab Bahjatu Qulūbul Abrār Wa Quratu ‘Uyūni Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār
🔊 Halaqah 053a | Hadits 51 (Bagian 02)
⬇ Download audio: bit.ly/BahjatulQulubilAbrar-H053a
〰〰〰〰〰〰〰

KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KEDUA


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على عبده ورسوله محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين اما بعد

Kaum muslimin dan muslimat rahīmani wa rahīmakumullāh jami'an.

Kita lanjutkan pembahasan hadīts ke-51 bagian kedua, dalam mengkaji kitāb: بهجة قلوب الأبرار وقرة عيون الأخيار في شرح جوامع الأخبار (Bahjatu Qulūbil Abrār wa Quratu 'uyūnil Akhyār fī Syarhi Jawāmi' Al Akhbār), yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahmān bin Nāshir As Sa'di rahimahullāh.


⑵ Tatkala dia meminta imaarah, menunjukkan adanya tanda dia bertawakal kepada dirinya sendiri, dia merasa dia mampu untuk menunaikan tanggung-jawabnya, dia merasa dia yang paling layak untuk menunaikannya.

Tentunya akan menjadikan dia tidak meminta pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla tatkala sudah diserahkan tangguh-jawabnya.

Adapun orang yang apabila dia mendapatkan suatu jabatan (kekuasaan) tadi tanpa dia minta (tanpa dia berkeinginan) berarti dia akan mendapatkan pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan dia akan bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla di dalam menjalankan tanggung-jawabnya.

Tatkala dia tidak meminta, dia merasa dia tidak memiliki kemampuan untuk menunaikan tanggung-jawab dan beban-beban kewajiban yang ada di dalam kekuasaan tersebut.

Sehingga tatkala dia mendapatkan posisi itu, maka semakin besarlah rasa tawakalnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Semakin besarlah rasa perasaan butuh kepada pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sehingga Allāh akan memberikan pertolongan kepadanya. Dia-lah orang yang layak untuk mendapatkan pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Namun para ulama rahīmakumullāh menyatakan ada suatu kondisi dimana meminta jabatan ( kekuasaan) ini diperbolehkan.

Kapan?

Ketika ada suatu maslahat yang besar yang bisa tercapai jikalau dia menyodorkan dirinya untuk mendapatkan posisi jabatan tersebut seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Yusuf alayhissalām tatkala beliau meminta untuk diserahkan kepadanya tanggung-jawab mengelola harta.

Dan beliau mengatakan:

إني حَفِيظٌ عَلَيْهِمْ

"Aku adalah seorang yang amanah.”

Tatkala beliau tahu, apabila harta ini diserahkan kepada orang lain atau dipegang oleh orang lain, maka akan hilang amanah.

Maka orang yang merasa bisa menunaikan amanah tersebut dan dia khawatir amanah ini akan disia-siakan oleh orang lain kalau dia tidak meminta, maka tidak mengapa baginya dia meminta.

Kemudian, beliau sebutkan 'alim, "Aku tahu kemana dan bagaimana cara mengelolanya."

Karena itu bagi orang yang dia merasa apabila dia tidak memegang hal itu atau jabatan tersebut, jabatannya atau wewenangnya justru akan diselewengkan oleh orang lain maka tidak mengapa baginya untuk meminta.

Tentunya dengan terus berusaha dengan terus meminta pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan berusaha semaksimal mungkin untuk menunaikan tanggung-jawab yang telah dibebankan kepadanya.

Demikian

Wallāhu Ta'āla A'lam

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

0 Response to "KITĀB BAHJATU QULŪBIL ABRĀR, HADĪTS 51, BAGIAN KEDUA"